Sebuah video beredar di jejaring sosial tentang penipuan melalui kartu ATM. Dalam video itu, korban, yang menyadari dirinya ditipu, justru berhasil menipu kembali penipunya.
Cerita penipuan itu bermula dari pemasangan iklan penyewaan rumah di situs OLX yang dibuat si korban.
Kemudian, pelaku mengirimkan SMS, dan menanyakan rumah tersebut. Selanjutnya, korban meresponsnya dengan menelepon pelaku.
"Kalau Bapak mau langsung dua tahun, per tahunnya saya kasih Rp 8 juta. Kalau setahun, saya kasih Rp 8,5 juta," kata korban kepada pelaku.
Pelaku pun kemudian menanyakan DP atau uang muka untuk membayar sewa rumah itu selama dua tahun.
Korban menjawab DP 10 persen sehingga dibulatkan menjadi Rp 2 juta. Pelaku justru menyatakan akan mentransfer uang DP itu sebanyak Rp 5 juta.
Percakapan lewat telepon itu berakhir karena pelaku berjanji akan mentransfer uang setelah itu.
Dua jam kemudian, pelaku kembali menelepon untuk mengabarkan bahwa dia sudah mentransfer uang. Namun, korban merasa bahwa saldo di rekeningnya belum bertambah.
Korban pun mulai curiga terhadap pelaku karena suara pelaku terdengar berbeda. Inisiatif untuk mengerjai pelaku pun muncul. Korban sengaja diam dan menuruti semua perkataan pelaku.
Pelaku kemudian mematikan telepon dengan alasan mencoba menghubungi call center bank karena menganggap terjadi kesalahan saat transfer. Pelaku juga meminta korban untuk menuju ATM dan mengikuti arahan petugas call center yang sebetulnya adalah komplotan pelaku.
Di depan mesin ATM, korban ditelepon kembali oleh pelaku yang saat itu dikondisikan sedang menelepon petugas call center.
Korban dituntun untuk melakukan transfer sejumlah dana berkali-kali ke rekening pelaku. Saat ditanya mengenai jumlah saldo rekening oleh pelaku, korban mengaku memiliki Rp 10.400.031. Padahal, korban saat itu hanya memiliki sekitar Rp 72.000.
Pelaku kemudian memberikan arahan supaya korban mentransfer uang ke sejumlah rekening dengan jumlah yang tidak genap. Itu adalah strategi pelaku supaya korban merasa bahwa hal tersebut merupakan kode agar rekeningnya normal kembali. Transaksi itu tentu gagal semua karena jumlah saldo korban tidak cukup.
Namun, korban masih tetap berpura-pura terpengaruh. Pelaku bahkan sempat menanyakan apakah korban memiliki rekening lain untuk "dikerjai".
Pada akhirnya, korban mengaku bahwa dia hanya mengerjai pelaku. Pelaku pun kesal dan menutup telepon.
Dua jam kemudian, pelaku menelepon lagi. Ia langsung mengumpat, dan sempat terjadi cekcok. Sambungan telepon pun kemudian terputus.
0 komentar:
Posting Komentar