Senin, 17 November 2014

Tips berbisnis di lingkungan perumahan

Usaha jemputan anak sekolah
Dewasa ini, perkembangan perkotaan sudah sangat berubah bila dibandingkan dengan keadaan pada 15 atau 20 tahun yang lalu. Berbagai kawasan di pinggiran kota terutama kota-kota besar, telah berkembang sedemikian rupa sehingga menjadi apa  yang disebut dengan kawasan satelit.

Banyak sekali kompleks-kompleks perumahan di bangun di sana, lalu tumbuh kembang menjadi kantong-kantong bisnis. Sebagai contoh, di Jakarta kita kenal sejumlah kawasan yang telah menjadi kantong bisnis, seperti Serpong, Puri Kembangan, Kelapa Gading, Cibubur, Depok, Bekasi, Tangerang, Cinere dan lain sebagainya.

Sejalan dengan perubahan pola fikir masyarakat yang trauma dengan krisis ekonomi pada tahun-tahun 1997-1998 lalu, maka banyak orang berupaya menjalankan usaha sendiri yang dimulai dari lingkungan tempat tinggal. Ini tentu saja berhubungan dengan kenyataan bahwa kesulitan mencari pekerjaan saat sekarang, boleh dikata sudah sama sulitnya dengan mencari sumber air di padang pasir. Bahkan bagi yang sudah bekerja pun, masih ada saja permasalahan yang sukar dicarikan pemecahannya, seperti kecilnya kompensasi serta risiko di PHK sewaktu-waktu.

Itu sebabnya, jelas dan gamblang terlihat fenomena di kalangan masyarakat, bagaimana kaum muda yang baru saja menginjak usia produktif telah demikian antusias merintis usaha agar memperoleh penghasilan yang lebih memadai sekaligus menghindarkan diri dari kemungkinan terkena Pemutusan Hubungan Kerja oleh majikan, yang seringkali terkesan dilakukan secara semena-mena.

Berdasarkan pengamatan dan pengalaman para pelaku usaha di kawasan satelit dari tahun ke tahun, ternyata ada beberapa karakter tertentu yang menjadi ciri khas lingkungan perumahan yang sudah selayaknya mendapatkan perhatian, bila kita berkeinginan untuk berbisnis di sana.

Hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian itu terkait beberapa aspek, meliputi aspek geografis, aspek demografis, serta aspek produk atau komoditas yang dijual.

Berikut adalah tips-tips nya:

Kompleks-kompleks Perumahan Tertentu Ternyata Kosong Pada Hari Kerja Biasa

Banyak di antara kita berasumsi bahwa timbulnya berbagai kompleks perumahan baru, akan menjanjikan prospek bisnis yang cukup menggiurkan. Apalagi kalau melihat bahwa beberapa diantara kompleks perumahan tersebut merupakan perumahan kalangan menengah ke atas, maka kita akan berfikir bahwa pastinya para penghuni di sana memiliki daya beli yang tinggi.

Berdasar hal itu, maka timbullah niat kita untuk mencoba membuka usaha di sekitar perumahan dimaksud.

Akan tetapi, kalau kita tidak jeli, kenyataan tersebut bisa sangat menyesatkan. Sebab, banyak kompleks-kompleks pemukiman baru di pinggir kota ternyata dihuni oleh para keluarga muda, yang tadinya tinggal bersama orang-orang tua mereka di pusat kota. Dan, hampir semua dari mereka memiliki pekerjaan sebagai karyawan profesional di pusat kota juga.

Akibatnya, pada hari-hari kerja biasa, dari Senin sampai dengan Jumat, kompleks-kompleks perumahan semacam itu nyaris kosong ditinggal penghuninya yang pergi ke pusat kota pagi-pagi sekali untuk bekerja, dan baru kembali pada malam hari. Umumnya setiba di rumah, para karyawan tersebut sudah tidak ada keinginan keluar rumah lagi, karena kelelahan bekerja seharian,. Mereka hanya ingin cepat istirahat untuk kembali pergi kerja esok paginya.

Dengan begitu, potensi bisnis di sekitar perumahan itu menjadi kurang menjanjikan. Aktivitas kehidupan baru kelihatan dinamikanya hanya pada “week-end days” yaitu Sabtu dan Minggu saja. Otomatis, keadaan demikian sungguh tidak kondusif untuk kita menjalan bisnis yang serius.

Perhatikan Kompleks Perumahan Baru dan Kompleks Perumahan Lama

Di kawasan satelit tertentu yang telah cukup lama berdiri, biasanya ada kompleks-kompleks perumahan yang telah cukup lama dibangun, dan ada juga yang relatif masih baru. Nah, dalam hal seperti ini, seyogyanya kita bisa membuat perhitungan-perhitungan.

Pada pemukiman yang masih baru, umumnya para penghuni yang tinggal di sana juga merupakan keluarga-keluarga muda. Sebagaimana telah disinggung di atas, para penghuninya hampir pasti adalah orang-orang yang bekerja di pusat-pusat kota, atau di tempat lain yang relatif jauh dari perumahan tersebut. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa perumahan akan sepi penghuni pada hari-hari kerja biasa. Dengan sendirinya, kita bisa menganggap lingkungan perumahan itu kurang berpotensi bisnis.

Sebaliknya, pada kompleks-kompleks yang telah lama dibangun, kemungkinan besar para penghuninya sudah cukup senior dan sebagian dari mereka mungkin saja sudah memasuki masa pensiun. Ada harapan, sudah banyak pula kaum remaja yang tinggal dan bersekolah di sana. Dengan demikian, suasana kehidupan di pemukiman semacam ini sudah lebih hidup, dan aktivitas bisnis lokal yang dilakukan warga juga sudah mulai terbentuk.

Untuk kompleks pemukiman yang telah “established” seperti ini, kita dapat menaruh harapan yang lebih besar bahwasanya bila kita mendirikan usaha di sana, akan lebih memperoleh peluang untuk maju.

Perhatikan Kompleks Perumahan Pendatang vs Perumahan Warga Asli

Dalam satu daerah yang berkembang menjadi kawasan satelit, tentu bisa dilihat bahwa di antara berbagai kompleks perumahan baru yang dibangun, tentu ada pula perumahan pemukiman warga asli yang sudah tinggal di situ sejak puluhan tahun yang lalu. Sebagian sudah agak mapan, sebagian lagi mungkin saja masih berstatus “kampung”.

Yang perlu kita camkan adalah, jangan menganggap remeh pemukiman warga asli. Sebab, di beberapa tempat tertentu, pemukiman warga asli ini justru merupakan penopang kehidupan bagi warga pendatang yang membeli rumah di kompleks-kompleks perumahan baru. Yang sudah sering terjadi misalnya adalah, kebutuhan pengurusan dokumen kependudukan warga pendatang, pada umumnya ditangani oleh para tokoh pemerintahan lokal, seperti RT dan RW di pemukiman warga asli tersebut.

Banyak dari lokasi pemukiman warga asli adalah lokasi-lokasi yang sudah mapan secara bisnis. Paling tidak untuk ukuran bisnis yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Di tempat-tempat seperti ini, kehidupan bermasyarakat sudah berjalan secara sangat memadai, sehingga justru di lokasi inilah kita akan lebih dimungkinkan untuk membuka usaha. Ini mudah dimengerti, karena di pemukiman yang sudah terbentuk, tidak ada fenomena kosongnya perumahan karena ditinggal penghuni yang hampir semuanya bekerja di pusat kota.

Perhatikan Pertumbuhan Kawasan, Adakah Kantor, Sekolah, Rumah Sakit, Pabrik dan Lain-lain

Pertumbuhan potensi bisnis suatu kawasan, dapat dengan mudah dilihat dari perkembangan infrastruktur serta propertinya. Kita bisa lihat adakah di sana dibangun perkantoran, pertokoan, sekolah-sekolah, rumah sakit, pabrik dan lain sebagainya.

Hanya saja di sini kita harus melihat dengan lebih jeli, tidak saja terbatas dari keberadaan bangunan-bangunan tersebut, tapi juga harus lebih dari kesibukan yang ada di dalam dan sekitarnya. Sebab, di beberapa kawasan, banyak kantor, toko-toko, bahkan sekolah dan rumah sakit yang sepi pengunjung. Apalagi pada hari-hari kerja biasa.

Bisa disimpulkan, bahwa kebanyakan dari pelaku-pelaku usaha yang membangun toko-toko, rumah-rumah makan, kantor-kantor dan sebagainya itu, yang terkecoh dengan keberadaan berbagai perumahan menengah dan mewah di sana. Ternyata, perumahan-perumahan dimaksud, selalu sunyi di hari-hari kerja biasa sehingga aktivitas bisnis pun tidak dapat berjalan sebagaimana diharapkan.

Perhatikan Jalan Jalur Cepat, Jalur Lambat, Jalur Perlintasan dan Kawasan Rendezvous

Apabila kita memutuskan untuk mendirikan usaha di suatu kawasan tertentu, rumah makan atau toko misalnya, maka lebih jauh perlu diperhatikan keletakan dari tempat usaha itu sendiri.

Suatu tempat yang ramai belum tentu berpotensi baik untuk bisnis. Sebaliknya sebuah lokasi yang sepi, belum tentu juga jelek untuk melakukan usaha.

Kita harus lebih memperhatikan akan fenomena-fenomena yang “menyesatkan”. Ada tempat usaha yang terletak di pinggir jalan besar yang selalu ramai, sehingga sepintas seakan-akan berada di lokasi yang strategis. Tapi pada kenyataannya, tempat usaha itu sendiri tidak pernah bisa ramai. Kenapa?

Ternyata keletakannya ada di “jalur cepat”, yaitu di sebuah ruas jalan yang memang ramai dilalui berbagai kendaraan, namun merupakan jalur perlintasan di mana kendaraan-kendaraan melesat dengan kencangnya sehingga tidak ada peluang para penumpang di dalam kendaraan tersebut untuk memperhatikan keberadaan unit usaha di tepi jalan. Maka, perlu dipertimbangkan untuk mencari lokasi bisnis yang keletakannya ada di pinggir jalan besar yang ramai, tapi kendaraan-kendaraan melintas dengan kecepatan lambat.

Di lain pihak, kita harus memperhatikan juga adanya lokasi usaha yang sepintas sudah memenuhi syarat. Misalnya, orang cukup banyak yang lalu-lalang, dan letaknya di pinggir jalan yang kendaraan-kendaraannya berjalan dengan lambat. Tapi, bila suasana sekitar gelap, tidak ada penerangan yang memadai, ditambah lagi tidak ada pula tetangga yang berjualan di situ, hampir pasti lokasi yang demikian itu juga kurang bagus untuk menjalankan usaha.

Ciri-ciri lokasi usaha yang berpeluang bagus antara lain adalah, tempat tersebut ramai dengan kesibukan belanja. Banyak sekali pedagang di sana, meliputi ruko-ruko yang dipakai untuk toko kelontong, rumah makan, bank, dan biasanya, pada sore hari terdapat juga semacam “pasar kaget”, berupa tenda-tenda yang biasanya didominasi oleh para pedagang makanan.

Kerumunan orang-orang yang berbelanja, keluarga-keluaga yang “nongkrong” di tempat makan di pasar kaget, serta orang berlalu-lalang diantara kepulan asap penggorengan pedagang makanan, adalah merupakan ciri-ciri kawasan usaha yang telah “hidup”. Jalanan di sekitar biasanya penuh dan macet dengan antrean kendaraan yang berjalan lambat.

Untuk daerah-daerah semacam itu, potensi bisnis dalam radius 500 meter sekitarnya biasanya cukup baik.

Kalau kita kesulitan mendapatkan tempat usaha di lokasi ramai seperti di atas, dan tetap ingin berbisnis di dalam kompleks perumahan, itu masih mungkin. Asalkan kita perhatikan kompleks perumahan itu karakternya seperti apa, adakah itu pemukiman keluarga muda yang kosong pada hari kerja, ataukah merupakan kawasan residensial yang sudah mapan, sehingga sudah memiliki kehidupan internal yang sibuk.

Kalau kita tinggal dekat dengan kawasan industri, yang di situ banyak dihuni karyawan pabrik, maka kemungkinan sekali potensi bisnisnya cukup menjanjikan. Sebab, karyawan pabrik termasuk golongan penghuni yang berkesibukan lokal, berkeluarga yang kesibukannya juga lokal. Dengan demikian, aktivitas bisnis setempat pun cepat terbentuk.

Produk, Komoditas Yang Dijual Serta Layanan Pesan-Antar

Salah satu hal lagi yang perlu mendapat perhatian kita dalam berbisnis di kawasan satelit adalah soal produk atau komoditas yang akan dijual. Di kawasan semacam ini, berlaku juga semacam “perilaku konsumen” yang menginginkan ketersediaan produk-produk tertentu.

Bidang-bidang usaha yang tampaknya mendapat respons positif dari konsumen kawasan, biasanya berhubungan langsung dengan kebutuhan warga yang tinggal di daerah baru. Bidang-bidang tersebut meliputi bidang makanan (restoran, rumah makan, tempat jajan), pelayanan kesehatan (klinik, praktek dokter 24 jam), otomotif (bengkel dan/atau suku cadang motor dan mobil), toko material bangunan, toko kelontong (kebutuhan seari-hari), pendidikan anak (sekolah dan kursus-kursus), salon perawatan kecantikan, showroom mobil dan motor.

Ada juga yang agak sedikit khas, yaitu pelayanan internet lokal berbasis wireless, layanan TV berbayar via satelit (karena layanan broadband via kabel serat fiber biasanya belum menjangkau daerah pinggir kota) serta keagenan media cetak.

Bidang-bidang usaha seperti software house, toko komputer serta show room mobil mewah, kelihatannya belum terekomendasikan sampai saat ini.

Last but not least, ada satu lagi fenomena yang kurang mendapat perhatian kita, tapi sebenarnya sangat penting. Yaitu, layanan pesan antar (delivery service)! Seperti diketahui, keberadaan perumahan di kawasan satelit adalah disebabkan kebutuhan tempat tinggal bagi kaum muda yang bekerja di kota.

Mereka adalah pekerja keras yang selalu lelah setibanya di rumah. Oleh sebab itu, mereka membutuhkan layanan pesan antar yang memuaskan guna memenuhi kebutuhannya. Termasuk dalam hal ini adalah kebutuhan makanan dan minuman, barang kelontong, binatu (laundry) dan beberapa lainnya.

Kalau kita mau sedikit cerdas, jalankanlah layanan pesan antar ini, maka peluang kita untuk berhasil akan naik sekitar 40 – 50%. Maka , jangan heran kalau di kawasan perumahan baru, ada rumah makan atau toko yang sehari-harinya sepi pengunjung, tapi dari tahun ke tahun tetap eksis. Ternyata, usaha mereka lebih banyak didukung oleh layanan pesan-antar ini. Selamat mencoba!
  
Artikel diambil dari: novry.com

0 komentar:

Posting Komentar