Sabtu, 08 Mei 2021

Masjid Tertua di Jakarta Timur: Jami Al Anwar Jatinegara

Penutur sejarah Masjid Jami Al Anwar, Muhammad Rasyid mengungkap asal muasal sejarah Masjid Jami Al Anwar sebagai  tempat ibadah satu-satunya di Jatinegara di masa lampau.

Konon didirikan oleh Datuk Umar atau biasa disebut Datuk Biru, masjid ini kabarnya dibangun sekitar abad ke-18, atau ada yang mengatakan pada masa sebelum itu. 

Pondasi, pintu hingga mimbar di Masjid Jami Al Anwar, Jatinegara, Jakarta Timur yang berumur ratusan tahun itu telah beberapa kali dipugar. 

Rasyid menuturkan pada masanya masjid ini berada di tengah hutan dan area persawahan karena pemukiman masih jarang. Para ulama menganggap perlu membangun masjid sederhana bagi masyarakat untuk beribadah. 

"Jadi menurut dokumen yang pernah saya tahu dari peninggalan KH Abdul Salam Bin Hasni bin Husen Bin Adnan renovasi yang ke-10 saja 1930-1934. Itu zaman Belanda. Masjid ini sudah ada tahun 1700-an dan kemungkinan juga sebelum itu,” katanya sebagaimana dikutip Tribunjakarta.com. 

Setelah melalui kesepakatan bersama, akhirnya para warga desa melakukan urunan atau patungan untuk menyumbangkan pondasi masjid.


Sekiranya ada 12 desa pada masa itu yang menyumbangkan 12 tiang kayu jati asli Jawa Timur.

"Tiang 12 ini asli. Jadi dulu satu desa urunan satu tiang. Itu kayu jati dari Jawa Timur. Jadi masjid ini sudah sangat tua sekali. Aslinya tiang 12, dibangun oleh 12 desa," lanjutnya.

Selanjutnya, enam pintu kayu di bagian samping masjid juga merupakan bangunan asli.

Sementara mimbar yang digunakan untuk khutbah juga masih asli sejak masjid ini berdiri.

"Jadi masih ada lagi yang merupakan bangunan asli. Mimbar ini sudah berumur ratusan tahun dan 6 pintu di samping masjid itu masih asli," ucapnya.

Menjadi masjid satu-satunya masjid pada masa itu, Rasyid mengklaim Masjid Al Anwar sebagai masjid tertua di kawasan Jakarta Timur.

"Ini sentral dakwah. Untuk Jakarta Timur ini masjid tertua. Dari 1700-an. Sebelumnya juga kemungkinan sudah ada," jelasnya.

Oleh sebab itu, banyak ulama yang datang silih berganti di masjid ini untuk mensyiarkan agama islam.

Selain itu, Rasyid menjelaskan mulanya masjid ini dicetuskan oleh Datuk Umar.

Banyaknya pejuang pada masa itu, turut membuat masjid ini sebagai tempat mengatur strategi melawan Belanda selain untuk syiar islam.

Oleh sebab makam Datuk Umar dan anaknya, Datuk Ali berada di dalam Masjid Jami Al Anwar.

"Tahun 50-an enggak ada Jakarta Timur adanya Jakarta Selatan Dua. Jadi dulu dibangun dan sederhana aja, seperti Masjid Demak karena ini memang Betawi, Demak dan Banten satu guru," jelasnya.

"Kemungkinan dibangun oleh keturunan atau trah-trah, baik Sultan Banten maupun Cirebon. Sampai tahun 60-an orang dari mana-mana, seperti Cawang, Kayu Manis, Pulogadung salatnya di sini," tandasnya. 

Sumber: Tribunjakarta.com, gpswisata.info

0 komentar:

Posting Komentar