Selasa, 07 Juni 2016

Kali Buaran Airnya Pernah Bisa Diminum. Sekarang Boro-boro!


Nanang Supriyadi, 43, warga Betawi yang tinggal di dekat Kali Buaran, Kampung Warudoyong, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur menyadari pentingnya merawat sungai karena dapat menjadi sumber kehidupan sekaligus sumber petaka.

"Dari dulu kami sekeluarga tak mau buang sampah di sungai. Kami tahu nanti itu bikin kotor dan banjir," ujar Nanang, yang juga ketua RT011 RW008 Kelurahan Jatinegara di Jakarta.

Nanang mengungkapkan semasa dia kecil, air Kali Buaran tak hanya mengairi sawah milik orang tuanya, tetapi bahkan bisa diminum. Hingga sebelum tahun 1990, dia dan keluarganya masih menjadi petani. Dia juga kerap mandi dan berenang di sungai itu.

Dari Kali Buaran pula, ia dan keluarganya memperoleh air bersih hingga era 1990-an. Sistem drainase rumah Betawi yang memakai empang sebagai penampungan air kotor membuat limbah rumah tangga mereka tidak pernah mengotori kali.

Memasuki tahun 1993, kata Nanang, areal persawahan di sekitar rumahnya mulai hilang, terutama sejak dibangun jalan layang yang menghubungkan Jalan Radjiman dengan Jalan Radin Inten II. Pembangunan jalan itu menghubungkan area Duren Sawit dan Pulogadung.

Areal persawahan di sekitar rumah Nanang pun berganti dengan permukiman. Oleh karena dekat dengan area industri Pulogadung, hunian di Kampung Warudoyong kini makin padat. Rumah semipermanen pun tumbuh di bantaran Kali Buaran. Sejak itu pula, wajah sungai itu menjadi kotor dan berwarna gelap.

Dengan pemukiman yang semakin padat seperti sekarang, lanjut Nanang, dirinya dan sebagian besar kerabatnya di Kampung Warudoyong menggunakan septic tank sebagai tempat penampungan limbah rumah tangga.

Dicuplik dari Kompas, 8 Juni 2016, halaman 1

0 komentar:

Posting Komentar