Rabu, 20 Mei 2015

Beras Plastik Beredar, Pedagang Cipinang Mulai Terganggu

Pedagang beras di Pasar Induk Cipinang, Jakarta Timur mulai merasa terganggu dengan kabar beredarnya beras plastik di sejumlah daerah. Kendati beras imitasi tersebut dipastikan belum masuk sentra perdagangan beras Jakarta Timur itu, tetapi isu negatif yang berkembang membuat pedagang takut salah jual dan pelanggan khawatir keliru membeli.

"Pastilah ini mengganggu kami. Bayangkan, 250 juta rakyat Indonesia itu makan beras," ujar Jamalus, pedagang beras di Pasar Induk Cipinang, Jakarta Timur, Rabu (20/5).

Jamalus mengaku belum pernah melihat langsung beras plastik yang ramai dipergunjingkan media massa. Namun, dia sudah bisa menerka fisik dan bentuk dari beras imitasi tersebut  setelah melihat reportase media.

"Yang pasti untuk bisa masuk Pasar Induk sangat tipis, kecil kemungkinannya karena kami sangat menjaga kepercayaan pelanggan," tuturnya.

Meskipun belum ada unit khusus yang menyortir setiap beras masuk, tetapi Jamalus dan rekan-rekan pedagang di Pasar Induk Cipinang sudah bisa membedakan mana beras berkualitas dan tidak. Sejak 1978 membuka toko beras di Pasar Induk Cipinang, Jamalus hanya menerima pasokan beras dari distributor terpercaya yang berdasarkan pengakuannya langsung mengambil beras hasil panen petani.

"Kalau di sini (pasar Induk Cipinang), sudah puluhan tahun kami hanya menunggu datang beras dari daerah. Penyalurnya tetap dan pelanggan yang beli juga pelanggan tetap," katanya.

Kendati demikian, dia tetap khawatir kawasan tempatnya berjualan kebobolan dan ada pelanggan yang dirugikan.

Ada Konspirasi?

Jamalus menduga ada upaya tertentu dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk merusak ekonomi nasional dengan mengedarkan beras plastik. Asumsinya, kata dia, harga bijih plastik lebih mahal dari pada beras sehingga janggal jika dijual di bawah harga rata-rata beras normal.

"Bijih plastik itu harganya berapa? lebih mahal dari beras. Apa mungkin dijual lebih murah dari beras? Pasti ada sesuatu ini," katanya.

Peristiwa serupa, kata Jamalus, pernah juga mengganggu perdagangan barang kebutuhan pokok di Pasar Induk Cipinang. Selain beras, sekitar dua tahun lalu terungkap peredaran susu ilegal yang sempat menghebohkan. Tak selang berapa lama, kata Jamalus, isu tersebut sirna tanpa ada kejelasan siapa distributor dan proses hukumnya.

"Pasti ada orang-orang tertentu atau negara tertentu yang berupaya untuk merusak pasar kita," katanya.

Untuk itu, Jamalus dan kawan-kawannya menuntut tindakan tegas dari aparat penegak hukum guna mengungkap konspirasi beras plastik ini. "Soal bagaimana seharusnya, ini penegak hukum punya urusan," ujarnya menegaskan.

sumber: cnnindonesia.com

0 komentar:

Posting Komentar